Tuesday, 30 June 2015

Si kecil yang malang, maafkan saya...

“Mas, bagi sedikit rejekinya mas..” suara pelan anak kecil itu terdengar serak.
“Oh iya, sebentar ya dek.” Jawab salah seorang teman, lalu memasukkan selembar uang ke dalam kotak kardus yang di sodorkan kepadanya.

Demikian sepenggal dialog yang terjadi dan sempat mengagetkan kami malam itu. Iya, anak kecil berumur sekitar 4 tahun itu tiba-tiba saja berada di samping kami yang sedang nongkrong setelah berbuka puasa, entah dari mana dia datang. Kami tercengang saat melihat anak kecil berpakaian sangat lusuh itu membawa kotak kardus bertuliskan salah satu panti asuhan di Surabaya. Bagaimana mungkin sebuah panti asuhan menyuruh anak sekecil itu berkeliling meminta sumbangan kepada para pengunjung. Padahal pada umumnya, anak seumuran itu masih senang-senangnya bermain. Dimana nurani oknum yang menyuruhnya melakukan itu, apa hanya karena iming-iming uang hasil sumbangan yang tidak seberapa itu, lantas dengan sadar mereka mengubur dalam-dalam nurani yang saya yakin mereka masih memilikinya.

Memang banyak faktor yang bisa melatar belakangi tindakan seperti itu terjadi, salah satunya adalah kemiskinan dan lemahnya penegakan hukum. Memang di kota besar seperti Surabaya ini kemiskinan adalah masalah utama yang harus dihadapi oleh banyak pihak, tingginya angka kemiskinan juga mempengaruhi tingginya tingkat ekploitasi terhadap anak dibawah umur seperti yang kami saksikan saat itu. Meskipun ini bukan pertama kalinya kami melihat kejadian seperti ini, namun kali ini benar-benar bisa membuat kami menggelengkan kepala. Mungkin memang apa yang kami lakukan adalah sepenuhnya salah, karena kami hanya bisa menggelengkan kepala saat menyaksikan kejadian seperti itu dihadapan kami. Kami sadar peran serta masyarakat baik secara kelembagaan maupun secara perseorangan terasuk anak muda seperti kami sangat dibutuhkan untuk bahu membahu setidaknya meminimalisir potensi terjadinya hal semacam ini.

Bukankah sudah jelas tertulis dalam undang-undang yang menyebutkan bahwa mempekerjakan anak dibawah umur adalah tindakan kriminal. Namun lemahnya penegakan hukum atas tindakan seperti itu menjadikan para pelakunya merasa masih mempunyai ruang gerak yang cukup untuk kembali melakukan aksinya. Dan hukuman yang dijatuhkan terkadang gagal membuat jera pelakunya, yang setelah dari masa tahanan kerap kali kembali dengan tenang melakukannya lagi. Karena memang hukuman yang diberikan sangatlah ringan, dan terkesan setengah-setengah. Jika sudah seperti ini, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Karena sumber utama penyebab tindak kriminalitas seperti ini semakin marak terjadi adalah sistem yang salah. Oke, sekali lagi sistem yang salah.

Belum hilang rasa iba kami kepada anak kecil tadi, muncul lagi seorang anak berusia sekitar 6 tahun meminta sumbangan kepada kami dan para pengunjung lain. Dan kali ini yang membuat kami sangat terkejut adalah kotak kardus yang dipegang oleh anak kecil ini sama persis dengan yang dibawa anak kecil yang tadi. Hal ini spontan membuat kami berfikir bahwa ada tindak kriminal yang terorganisir di sekitar tempat kami berada saat ini, yang mengeksploitasi tenaga anak dibawah umur. Saya pun spontan memperhatikan kemana arah yang dituju anak kecil itu setelah merasa cukup meminta sumbangan di tempat tersebut, ternyata langkah kecilnya menuju sebuah mobil bak terbuka yang dari tempat saya duduk tampak samar ada beberapa anak kecil dan dua orang dewasa yang duduk di bak mobil tersebut, lalu selang beberapa saat kemudian mobil itu menghilang dari pandangan.


Seketika itu saya terdiam merenung, apa yang telah saya lakukan? Kenapa saya hanya bisa terdiam melihat perbudakan modern itu dilakukan? Dimana hati nurani saya? Apakah hanya duduk terdiam seperti ini saja yang bisa saya lakukan? Oh Tuhan.. tolong selamatkan mereka.

0 comments:

Post a Comment

 
Visit Siluet Senja at Ping.sg http://submiturlfree.net/