Showing posts with label Sosial. Show all posts
Showing posts with label Sosial. Show all posts

Wednesday, 7 October 2015

Yayasan Anak Jalanan


Anak jalanan yang tersebar hampir diseluruh pelosok negeri memang harus menjadi perhatian serius pemerintah. Stigma negatif dari sebagian besar masyarakat mengenai anak jalanan menjadikan mereka seakan semakin terpojok, dimana seharusnya mereka diselamatkan dan diberikan hak untuk hidup layak sebagai warga negara. Mereka seharusnya mendapatkan hak perlindungan anak secara menyeluruh, karena itu telah ditetapkan dalam UU Perlindungan anak.

Sebagian besar anak jalanan tidak mendapatkan hak perlindungan anak disebabkan minimnya pelaksanaan program perlindungan anak. Disaat banyak ibu yang mengeluh tentang anak susah makan, para anak jalanan ini malah berusaha sangat keras hanya untuk sekedar bisa makan secara layak. Dunia anak yang seharusnya menjadi tempat mereka belajar mengenal dunia, malah menjadi begitu kejam bagi mereka. Hingga membuat anak tidak lagi memiliki dunia yang riang.

Apakah anak jalanan mendapatkan pendidikan yang layak?

Sebagian besar belum, anak jalanan berusia dibawah lima tahun yang seharusnya mendapatkan Pendidikan anak usia dini, hanya mampu berada di pinggir jalan sambil berusaha mendapatkan belas kasihan hanya untuk sekedar menghilangkan lapar.

Lantas apa itu tidak berpengaruh pada perkembangan anak?

Jelas itu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak, khususnya kecerdasan anak itu sendiri. Dimana seharusnya mereka mulai perlu diperkenalkan pada huruf, angka dan sebagainya. Anak jalanan hanya mengenal susahnya tidur ditempat yang layak.

Tumbuh kembang anak sangat bergantung pada pola asuh orang tua, akan menjadi seperti apa anak itu nantinya, sebagian besar dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua mengasuh anak sejak kecil. Meskipun tidak dapat dipungkiri jika faktor lingkungan pergaulan juga mempunyai pengaruh tidak kalah besar. Jika terjadi perpecahan dalam rumah tangga, anak adalah korban utama. Hak asuh anak pasca perceraian sering kali timpang, sehingga pengaruhnya jelas sangat besar bagi perkembangan anak itu sendiri.

Apakah mungkin terjadi kekerasan dalam kehidupan sehari-hari anak jalanan?

Kemungkinan itu hampir pasti terjadi, mengingat dijalanan terdapat berbagai macam tipe orang. Kekerasan terhadap anak jalanan bisa terjadi kapan saja, kasus kekerasan terhadap anak memang menjadi PR tersendiri bagi kita, khususnya pemerintah.

Apakah ada yang peduli terhadap anak jalanan?

Banyak sekali yang peduli. Karena masih banyak orang baik diantara kita yang mau dengan sukarela memikirkan nasib anak jalanan, bahkan ada yang sampai mendedikasikan hidup mereka untuk memperbaiki nasib anak jalanan.

Banyak tersebar Yayasan anak yang khusus menangani anak jalanan dan anak terlantar. Tersebar di seluruh pelosok negeri, yayasan ini sebagian besar telah memenuhi syarat mendirikan yayasan, dan terdaftar secara resmi.

Yayasan ini bertujuan mensejahterakan dan memberikan kembali hak yang seharusnya diterima oleh anak jalanan. Dimana tempat tinggal, pendidikan, gizi, kesehatan yang layak dan lainnya seharusnya mereka terima. Keceriaan anak kembali diberikan dengan mengadakan game anak anak, memperkenalkan lagu anak anak, dan masih banyak lagi. Cara mendidik anak dengan benar umumnya telah diterapkan oleh yayasan ini, meberikan mereka pelajaran bagaimana membuat cerpen anak yang baik misalnya, atau mangajak mereka malakukan permainan anak anak.




Berikut daftar yayasan yang menaungi anak jalanan yang tersebar di indonesia:

Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
Sahabat Anak
HDI Foundation
Yayasan Anak Indonesia
Rumah Singgah DKI
Yayasan Sahabat Anak Jalanan
Yayasan Bina Anak Pertiwi
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
Yayasan Anak Bangsa Foundation

Thursday, 23 July 2015

Hari Anak Nasional


Hari Anak adalah peringatan yang diselenggarakan pada tanggal yang berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni, dan Hari Anak Universal diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lainnya merayakan Hari Anak pada tanggal yang lain, dan perayaan ini bertujuan menghormati hak-hak anak di seluruh dunia. Baca: Wikipedia.

Hari Anak, khususnya di Indonesia selalu diperingati setiap tahun, sebagian anak-anak merasa gembira dan suka cita bersama teman-temannya karena biasanya banyak acara seru yang dapat mereka nikmati. Hari Anak Nasional bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dan refleksi agar anak-anak tidak lagi menjadi korban eksploitasi dan kekerasan, sehingga mereka dapat menikmati masa indah menjadi anak-anak sepenuhnya dengan menerima hak-hak mereka dengan baik. Salah satunya ialah hak perlindungan anak yang sudah tercantum dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 yaitu melakukan upaya perlindungan dan mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya dan perlakuan tanpa diskriminasi. Setiap tahunnya Hari Anak Nasional diperingati dengan mengangkat tema yang berbeda-beda. Tidak hanya Pemerintah Indonesia saja yang memperingati Hari Anak Nasional, Google pun ikut berpartisipasi memperingati Hari Anak Nasional dengan doodle mereka hari ini.

Sejarah Hari Anak Nasional


Gagasan mengenai penetapan Hari Anak Nasional di Indonesia berawal dari Alm. Presiden Soeharto yang melihat anak-anak adalah aset kemajuan bangsa. Lalu pada tahun 1984 berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 44 tahun 1984, ditetapkanlah tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tahun sejak tahun 1986 hingga sekarang.

Hari Anak Nasional diperingati mulai di tingkat Pusat, Daerah dan Perwakilan RI di Luar Negeri. Pelaksanaan Hari Anak Nasional dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang setiap tahunnya akan menunjuk 1 Departemen/Kementerian teknis secara bergantian sebagai Penyelenggara Hari Anak Nasional.

Sebagaimana diketahui bersama, banyak anak Indonesia yang masih belum terpenuhi hak-hak dasarnya. Jadi, sejatinya peringatan Hari Anak Nasional bukanlah sekedar seremonial saja, tetapi pada hakekatnya merupakan momentum yang penting untuk menggugah kepedulian maupun partisipasi seluruh rakyat Indonesia dalam menghormati dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi atau dibedakan, memberikan yang terbaik bagi anak, menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak serta menghargai pendapat anak.

Moment hari anak ini penting untuk mengunggah kepedulian dan partisipasi seluruh bangsa Indonesia dalam menghormati, menghargai, dan menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya. Peringatan Tujuan Peringatan Hari Anak Nasional juga merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran anak akan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya kepada orangtua, masyarakat, serta kepada bangsa dan Negara.


Tujuan Peringatan Hari Anak Nasional


Tujuan Peringatan Hari Anak Nasional diselenggarakan setiap tahun adalah untuk: meningkatkan peran serta masyarakat bersama dengan Pemerintah dalam menyelenggarakan upaya pembinaan dan pengembangan anak secara holistik-integratif dan berkesinambungan. Upaya tersebut ditujukan untuk memenuhi hak-hak anak, mewujudkan tingkat kesejahteraan anak, dan memberikan perlindungan yang setinggi-tingginya bagi anak sebagai generasi penerus cita-cita bangsa. meningkatkan kesadaran pemerintah, masyarakat, orang tua dan segenap komponen bangsa untuk memenuhi hak-hak anak berdasarkan Child Rights, dan menghindarkan anak-anak dari: abuse (penyalahgunaan, perlakuan kejam, penyiksaan), neglect (melalaikan), eksploitasi, kekerasan terhadap anak, diskriminasi, drugs (pemakaian obat-obatan terlarang), pornografi, dll.  menunjukkan kepada seluruh rakyat Indonesia dan dunia internasional (minimal pada tingkat Asia Pasifik) bahwa kita mendukung hak-hak anak dan melakukan upaya kesejahteraan anak.

Secara khusus peringatan Hari Anak Nasional bertujuan untuk:
  1. Menyediakan wahana bermain, unjuk prestasi, kreativitas, dan karya inovatif anak.
  2. Menyosialisasikan kepada masyarakat tentang berbagai program layanan anak dan layanan sosial lainnya.
  3. Meningkatkan dan memperluas jejaring kerjasama dan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat termasuk organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia usaha, media massa, penerbit, dan semua pihak untuk mendukung program pelayanan bagi anak Indonesia.
  4. Meningkatkan komitmen dan keterlibatan berbagai pihak dalam pemenuhan hak anak dan menjamin terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang anak serta pencegahan terhadap kekerasan.

Apa yang Bisa Dilakukan?


Dengan memahami bahwa semua anak memiliki hak yang diakui oleh undang-undang, maka ini menjadi dasar legal dan kekuatan bagi anak untuk meminta semua pihak menjamin pemenuhan hak-hak tersebut.
  1. Dorong anak untuk mendiskusikan dalam kelompoknya bahwa setiap anak memiliki hak dan diakui oleh negara. Termasuk bagaimana hak-hak ini memengaruhi kehidupan sebagai seorang anak.
  2. Buat daftar kejadian-kejadian yang dialami anak, yang termasuk perlakuan pelanggaran hak anak. Tuliskan siapa saja pihak yang melanggar hak-hak tersebut dan di mana saja terjadi.
  3. Minta dukungan lembaga swadaya masyarakat atau relawan untuk membantu mendiskusikan aspek-aspek hak anak dan bagaimana caranya kita dapat berperan mengatasi kasus pelanggaran hak anak.
  4. Bekerjalah dengan media. Cari teman yang bisa membantu untuk memublikasikan pelanggaran-pelanggaran hak anak dan respons yang dibutuhkan. Hal ini bisa dimulai dari majalah dinding di sekolah.
  5. Tentukan bagaimana kita, sebagai anak atau pihak yang peduli, akan bersikap terhadap kondisi tersebut. Galang dukungan agar kuat. Lalu, suarakan apa yang kita inginkan.
  6. Terus pantau hal-hal positif dan negatif yang muncul dari aksi yang kita lakukan.
Karena anak-anak adalah bagian dari hak asasi manusia, maka tidak ada ruang untuk menolak pemenuhannya, apapun alasannya. Membiarkan hak-hak anak dilanggar sama dengaa membiarkan pelanggaran yang lebih besar akan terjadi kepada banyak anak lainnya. Jadi, hentikan pelanggaran hak anak dengan menyuarakan bahwa kita "menolak pelanggaran hak anak"!
Belakangan ini, banyak kita dengar, banyak kita lihat dan kita saksikan betapa buruknya perilaku anak-anak remaja di Indonesia ini, yang menurut saya memang mengalami perubahan gaya hidup yang sudah tidak terkendali akibat persaingan global.
Dengan demikian, kiranya apa yang seharusnya di lakukan oleh orang tua untuk menjaga anak-anaknya dari pengaruh komunikasi global yang umumnya tidak mencerminkan budaya bangsa Indonesia?

Hari Anak Nasional dalam beberapa tahun terakhir diperingati semakin meriah sehingga gemanya sangat terasa di seluruh negeri, bahkan hingga ke mancanegara. Hal ini cukup beralasan manakala hak-hak anak semakin diserukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Perlu dipertanyakan, sudahkah hak-hak anak diterapkan dalam tindakan nyata dalam rumah tangga di Indonesia? Kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah implementasi, hak-hak anak bukan hanya teori hitam di atas putih yang menjadi nyanyian para pejabat dan dikumandangkan setahun sekali pada peringatan Hari Anak Nasional? Atau hanya sekedar retorika, bahan presentasi, diskusi, dan komitmen pada pertemuan-pertemuan tingkat regional, provinsi, dan kabupaten kota? Sudahkan anak-anak kita diberikan secara penuh hak-haknya?

Pentingnya Hari Anak Nasional diperingati setiap tahun


  1. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta bersama dengan pemerintah dalam menyelenggarakan upaya pembinaan dan pengembangan anak secara holistik-integratif dan berkesinambungan. Upaya tersebut ditujukan untuk memenuhi hak-hak anak, dan memberikan perlindungan yang setinggi-tingginya kepada anak.
  2. Meningkatkan kesadaran pemerintah, masyarakat, orangtua, dan segenap komponen bangsa untuk memenuhi dan menerapkan hak-hak anak berdasarkan Child Rights, menghindarkan/mencegah anak-anak dari penyalahgunaan, melalaikan, eksploitasi, kekerasan terhadap anak (fisik, seksual, dan emosional), pemakaian obat-obatan terlarang, pornografi dll.
  3. Menunjukkan kepada seluruh rakyat Indonesia dan dunia internasional bahwa Indonesia mendukung hak-hak anak dan melakukan upaya kesejahteraan anak.

Tuesday, 14 July 2015

Anak Jalanan


Diperkirakan ada sekitar 120 juta anak jalanan yang yang tersebar diseluruh dunia (60 juta tersebar di Amerika Selatan, 30 juta di Afrika, 30 juta di Asia). Keseluruhan dari mereka adalah anak-anak yang masih memiliki hak.


Pengertian anak jalanan?


Anak jalanan adalah sebagian anak-anak yang masih tergolong di bawah umur yang telah tinggal dan bertahan hidup di jalanan. Mereka tumbuh di stasiun kereta api, ditempat pembuangan sampah, di kolong jembatan kota-kota besar dan tempat-tempat kumuh yang lain. Kebanyakan dari anak-anak ini memang sengaja memilih tinggal ditempat-tempat tersebut karena tidak mau kembali ke rumah. Konflik dengan keluarga, dan memiliki keluarga yang kacau menjadi penyebab utama anak memilih untuk tidak kembali ke rumah mereka.

Latar belakang anak jalanan?

Fenomena anak jalanan dipengaruhi oleh latar belakang yang beraneka ragam. Kombinasi faktor masalah keluarga, ekonomi, sosial, dan politik memainkan peranan penting dalam situasi yang terjadi pada mereka. Oleh karena itu sangat sulit mengatasi fenomena ini, apalagi jika menyelesaikan penyebabnya satu per satu, karena semuanya saling berkaitan.

Kehidupan dan masalah yang dihadapi oleh Anak Jalanan?


Anak jalanan dihadapkan pada sejumlah besar masalah. Bahkan mereka tumbuh dan berkembang di lingkungan yang pada umumnya dianggap berbahaya oleh sebagian orang, dan itu membuat mereka menghadapi resiko keselamatan yang cukup besar. Karena tumbuh dilingkungan seperti ini, akibatnya, beberapa hak mereka sering terampas.

Masalah Pangan Anak Jalanan


Kebanyakan anak jalanan memiliki pola makan yang tidak teratur dan jauh dari angka kecukupan gizi yang layak, tidak jarang mereka bahkan harus kelaparan karna tidak ada makanan. Ini dikarenakan mereka hidup dijalanan dan tidak memiliki ataupun menghasilkan uang yang cukup untuk membeli makanan.

Sebagian besar dari mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi yang idealnya sangat diperlukan oleh anak dalam masa pertumbuhan seperti mereka. Jangankan memperhatikan kebutuhan gizi dan kualitas makanan, untuk mendapat makan agar tidak kelaparan saja sudah sulit bagi mereka. Anak-anak ini memakan apa saja yang mereka temukan, asalkan bisa menghilangkan rasa lapar, makanan apapun akan mereka telan. Terkadang ketika memiliki pilihan untuk mendapat makanan yang baik, mereka lebih memilih makanan yang kurang sehat, seperti fast food, soft drink, es krim dan jenis makanan serupa, hal ini membuat mereka melanjutkan resiko kekurangan gizi. Meskipun mereka berhak mendapatkan.

Masalah Kesehatan Anak Jalanan


Kesehatan anak jalanan sangat terganggu. Ini diakibatkan karena kurangnya kebersihan, anak jalanan terjangkit penyakit yang berbeda-beda. Tanpa keluarga untuk merawat mereka, anak-anak ini harus mengurus diri mereka sendiri, bahkan saat dalam kondisi sakit. 
Disisi lain, sebagian besar anak jalanan tercatat menggunakan ganja, alkohol, dan sebagainya untuk melarikan diri dari realitas yang sedang mereka hadapi. Sayangnya, hidup dalam kondisi seperti ini memiliki dampak negatif tidak hanya bagi pembangunan fisik dan psikososial mereka, tetapi juga pada pengembangan budaya dan ekonomi mereka.

Masalah dan Hak Pendidikan Anak Jalanan


Dalam hal ini, sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak, karena tidak memiliki kesempatan yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Bahkan mereka tidak memiliki visi untuk masa depan mereka sendiri, dan karena sangat kurang mendapat pengetahuan dan pelatihan profesional, mereka sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang bisa merubah keadaan.

Hak untuk Non-diskriminasi


Dipandang sebagai kaum marginal, anak-anak jalanan sering menjadi korban diskriminasi. Pada umumnya, orang akan langsung memberikan stigma negatif terhadap anak jalanan. Mereka sering dikaitkan sebagai penyebab masalah kriminalitas yang terjadi di jalanan. Hal ini membuat mereka semakin kesulitan untuk kembali ke dalam masyarakat pada umumnya. Meskipun kita tahu mereka juga berhak untuk hidup sewajarnya masyarakat pada umumnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak jalanan?

Masalah anak jalanan tergantung pada situasi mereka, bukan pada status mereka. Bahkan setiap anak memiliki sejarah pribadi dengan jalanan yang tidak dapat digeneralisasi. Dalam rangka untuk lebih memahami anak-anak yang tinggal dan tumbuh di jalanan, adalah penting bagi kita baik untuk membuat mereka berpartisipasi, dan menempatkan mereka dalam kontak dengan lembaga-lembaga maupun individu guna mencari tahu dan memahami penyebab struktural dari situasi mereka.
Penanganan masalah anak jalanan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), akademisi dan masyarakat secara keseluruhan. Yang menjadi permasalahannya adalah dalam penanganan anak jalanan masih dilakukan secara represifdan tidak integrative, ditunjang dengan watak dasar anak jalanan yang tidak efektif menjadikan penanganan menjadi tidak maksimal.

Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah singgah. Menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Namun kebanyakan dari anak jalanan enggan untuk menempati rumah singgah dengan alasan pelayanan yang diberikan tidak manusiawi. Contohnya, dalam pemberian makanan mereka diberi makan dengan nasi yang bercampur kutu, terkadang mereka juga mendapatkan penyiksaan dan dimintai biaya. Hal inilah yang membuat mereka lebih memilih tinggal di jalanan daripada di rumah singgah. Kurang ketatnya pengawasan dari pemerintah mengakibatkan oknum-oknum tertentu secara leluasa menyalahgunakan tanggung jawab yang diberikan.

Masyarakat juga sebaiknya tidak hanya diam, anak jalanan memerlukan penanganan khusus. Jadi sebaiknya masyarakat tidak mengabaikan mereka, cobalah ikut sertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat yang sering di lakukan dan berikan mereka kesempatan untuk mengasah dan menunjukan kemampuan mereka sambil di arahkan kepada norma-norma yang berlaku di masyarakat. Ketika masyarakat mau untuk terjun langsung menangani anak jalanan maka tidak ada yang tidak mungkin anak jalanan menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya serta masyarakat banyak bahkan bagi negara.

Upaya lain yang bisa ditempuh dalam menangani anak jalanan ialah dengan cara:

1. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Gratis


Anak-anak jalanan diarahkan untuk mendatangi tempat-tempat yang telah ditentukan untuk mendapatkan layanan pemenuhan gizi.

2. Pemberian Pelayanan Kesehatan Dasar Gratis

Pemberian layanan kesehatan dasar gratis ini dapat dilakukan melalui Puskesmas Keliling.  Dengan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan dengan tersedianya pengobatan gratis diharapkan anak-anak jalanan mempunyai ketahanan fisik yang baik dan berdampak positif terhadap perkembangan intelektual maupun emosionalnya.

3. Pemberian Layanan Pendidikan Gratis


Program ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu membebaskan biaya sekolah bagi anak jalanan di sekolah-sekolah formal yang ditunjuk dan memberikan layanan pendidikan seperti Perpustakaan Keliling, di mana guru mendatangi tempat-tempat yang biasanya digunakan anak-anak jalanan untuk berkumpul serta memberikan materi pelajaran di tempat tersebut.

Dalam pelaksanaan berbagai kebijakan maupun program penanganan anak jalanan, hal yang penting untuk selalu disampaikan adalah penyuluhan mengenai hak-hak anak dan upaya mengembalikan anak kembali ke rumahnya agar mereka dapat hidup dan tumbuh kembang secara wajar. Partisipasi masyarakat luas dalam pelaksanaan berbagai program sangat dibutuhkan karena tanpa dukungan masyarakat maka program-program tersebut tidak akan memberikan hasil.

Thursday, 9 July 2015

Pantaskah Kamu Mengeluh di Saat Mereka Bekerja Keras untuk Hidup?

Inikah kemanusiaan itu?”
Jika penulis bilang, anak-anak itu sudah sepantasnya berbahagia, menikmati masa kecilnya untuk tumbuh dan berkembang, apakah kamu setuju? Jika penulis bilang, anak-anak itu lebih baik bermain dan belajar, apakah kamu setuju? Jika penulis bilang, anak-anak itu tak usah berpikir soal kerja, apakah kamu setuju?

Sebagian besar dari kamu pasti menjawab tiga pertanyaan tersebut dengan jawaban setuju dalam hati. Kamu, mungkin, punya masa kanak-kanak yang begitu indah...begitu membahagiakan, sampai-sampai kamu masih ingat kue ulang tahunmu di umur lima tahun. Begitu lucu, kamu masih punya mainan bekas di masa kecilmu yang membantumu tumbuh dan berkembang menjadi seseorang yang cerdas. Bersyukurlah.

Sayangnya, fakta berbicara berbeda. Di luar sana tetap ada anak yang harus membanting tulang, memeras keringat demi menjalani kerasnya hidup ini. Dan fakta ini...sulit untuk diabaikan.
Bocah ini menarik plastik bekas di tumpukan sampah Siem Reap, Kambodia.
Sejumlah anak kecil bekerja, mengepak rokok di Haragach, Distrik Rangpur, Bangladesh.
Tebak berapa usianya? Sepuluh tahun dan bekerja di pabrik senjata milik Free Syrian Army, Aleppo.
Mungkin masih ingusan, namun dia harus bekerja dengan tumpukan sampah di Islamabad, Pakistan. 
Di pinggiran Herat, Afghanistan, anak ini harus menata batu bata tersebut...dan sekian banyak!
Rustam, Sepuluh tahun. Bersama dengan 25 anak lainnya, dia harus bekerja selama 12 jam perharinya di pabrik alumunium di Dhaka, Bangladesh. 
Lokasi: Mae Sot, Thailand. Objek: Seorang anak kecil, Imigran gelap. 
Di usianya yang baru tujuh tahun, Hazrat harus membanting tulang di pabrik batu bata. 
Personally, ini foto paling mengena bagi penulis. Tidakkah kamu melihat guratan kejamnya dunia di raut wajahnya? Czoton, tujuh tahun dan harus bekerja di pabrik balon di Dhaka, Bangladesh.
Satu dari enam juta anak yang jadi budak di Bangladesh. Mereka bahkan di bawah umur 14 tahun.
Bahkan di umur empat tahun, anak satu ini sudah dipekerjakan.
Tak pandang bulu, entah laki-laki, entah perempuan. Mereka harus...bekerja.
Semua itu sekedar bertahan hidup di panggung dunia ini.
Entah ini pantas disebut bekerja... Atau...

Atau... Lebih pantas disebut sebagai perbudakan?
Diambil pada tanggal 16 April 2011 di Bukit Janitia, India. Orang tua di daerah setempat memilih mempekerjakan anak-anaknya ketimbang menyekolahkannya. Padahal mereka dibebaskan biaya pendidikan.
Tapi hidup terus berjalan dan mereka harus tetap bertahan dengan kerasnya kehidupan.
Dan ajaibnya, mereka selalu menemukan jalan untuk melewati itu semua...bahkan tak mengeluh. Andai perbudakan dapat dihapuskan... Andai...



Sumber: www.idntimes.com

Wednesday, 1 July 2015

Adek.. apa yang menjadikanmu seperti ini? (Sisi lain air terjun madakaripura)

Pagi itu 13 Juni 2015, hari yang lama dinanti akhirnya tiba. Perasaan riang, gugup, sumringah bercampur aduk menjadi satu hingga sempat membuat bingung. Hari itu festival tahunan Jazz Gunung diadakan, bertempat di Hotel Java Banana Bromo, Probolinggo. Saya yang telah memesan tiket sejak jauh hari sangat antusias menyambut hari itu, bersama seseorang yang sangat spesial. Kami pun berangkat kesana sekitar pukul sebelas siang dengan harapan mendapat pertunjukan yang mengesankan dan tak terlupakan.

Venue Jazz Gunung 2015

Dalam perjalanan, kami berencana mampir ke Air Terjun Madakaripura yang memang berada satu arah dengan lokasi yang kami tuju. Air terjun yang menjadi primadona di kalangan pengunjung kawasan Gunung Bromo, meskipun sudah pernah beberapa kali mengunjungi tempat ini, namun saya masih tetap antusias. Sesampainya di parkiran wisata Air Terjun Madakaripura, tentunya setelah membayar biaya masuk di pos pembayaran, kami di sambut oleh segerombolan anak kecil yang tampak berebut menghampiri kami.

Parkiran Air Terjun Madakaripura
“Helmnya di titipkan di kami saja mas, sekalian kami cucikan motornya biar bersih.” Celetuk salah seorang anak lelaki yang tampak cukup dekil.
Saya hanya menjawabnya dengan senyuman sambil merapikan barang bawaan yang terasa lebih berat dari sebelumnya. Gerombolan anak kecil tadi masih tetap berada di sekitar motor yang saya parkir, sepertinya mereka tidak mau beranjak sebelum saya bersedia menitipkan helm pada mereka. Saya tidak menghiraukan mereka dan bersama rekan saya bergegas menuju lokasi air terjun yang memang harus di tempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih setengah jam. Baru lima langkah kami berjalan, tiba-tiba salah seorang anak berkata dengan nada sedikit mengancam.

“Ya sudah kalau tidak mau menitipkan helmnya di kami mas, nanti kalau hilang jangan salahkan kami.”
Saya pun spontan menoleh kepada rekan yang juga menoleh kepada saya, wajahnya tampak heran dan seakan tidak percaya, kami terkejut dengan omongan anak yang di usia masih sekitar empat tahun itu mampu dengan santainya bisa berbicara seperti itu. Seakan-akan jika kami tidak menitipkan helm pada mereka, pasti helm itu akan hilang. Takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, mengingat kami bukan orang sekitar sana, dan tentunya sangat membutuhkan helm untuk berkendara, kami pun akhirnya memutuskan untuk menitipkan helm kami pada mereka, dan bersedia motor kami di cuci oleh mereka.

Dalam benak, kami bertanya-tanya, apakah seperti ini yang orang tua mereka inginkan, membiarkan anaknya berusaha mencari uang untuk ikut menstabilkan ekonomi keluarga. Bukankah di usia belia seperti itu mereka berhak mendapat kebebasan untuk setidaknya bermain dan bersenang-senang. Memang kami tidak tahu, apakah itu sesuai keinginan mereka sendiri atau paksaan dari orang lain. Apakah itu membuat mereka senang atau membuat mereka tertekan, namun yang jelas pasti ada yang salah dari cara mendidik mereka. Karena pada dasarnya, dunia anak adalah dunia bermain.

Oke, jika mungkin itu keinginan sendiri dan mereka melakukannya dengan senang hati, saya mempunyai sebuah pertanyaan. Apa yang melatar belakangi mereka hingga mempunyai pemikiran seperti itu, “senang mencari uang”? Bukankah itu sedikit tidak wajar, bagaimana mungkin mereka bisa menentukan jika hal itu menyenangkan. Sedangkan di usia mereka saat itu pada umumnya anak-anak lebih senang bermain daripada mencari uang.

Faktor lingkungan jelas berperan sangat besar membentuk kepribadian mereka hingga menjadi seperti itu, dalam hal ini lingkungan tempat tinggal mereka secara tidak langsung menekankan pada hal-hal yang salah dan menganggap itu sebagai suatu kewajaran. Mungkin mereka akan mendapat sebuah apresiasi dari teman-teman sesama pencuci motor ketika memperoleh uang lebih banyak dari yang lainnya, dan membuatnya berpikir bahwa itu hal yang membanggakan. Kemudian tingkat ekonomi keluarga juga mungkin menjadi penyebabnya, meskipun menurut saya kebanyakan dari mereka tidak menyerahkan hasil pekerjaan mereka kepada orang tua (dipakai sendiri), dan mereka tetap meminta uang jajan kepada orang tua.

Memang ada sisi positif mengenai hal ini, yaitu dapat menempa kemandirian sejak dini dan mampu memenuhi kebutuhan sendiri dalam batas tertentu. Namun sisi negatifnya jauh lebih banyak dan sangat mengkhawatirkan. Contohnya, anak yang lebih tertarik bekerja karena iming-iming mendapat upah akan cenderung lebih malas untuk bersekolah. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kehidupan anak dalam jangka panjang, meskipun pekerjaan yang mereka lakukan adalah bersifat part time (paruh waktu). Asik bekerja dan mengenal arti “uang” sejak dini menjadi penyebab utama anak putus sekolah. Perilaku merokok, suka berkelahi, mengkonsumsi minuman beralkohol, dan cenderung melakukan sesuatu yang berbahaya pada orang lain juga sangat mungkin terjadi.

Jika anak sudah mulai bekerja pada usia dini, orang tua cenderung akan berhenti mengawasi ketika anaknya sedang bekerja, sehingga kontrol atas apa yang mereka lakukan menjadi berkurang. Lantas siapa yang bertanggung jawab atas pengawasan terhadap mereka apabila orang tua sebagai orang pertama yang bertanggung jawab mengawasi sudah lalai seperti ini?

Peranan lingkungan sekitar menjadi sangat berguna jika hal ini terjadi, karena lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor utama yang bertanggung jawab membentuk kepribadian anak. Mendapati fakta seperti ini saya sadar mengenai kontrol terhadap pelaksanaan undang-undang pekerja anak belum terlaksana dengan baik.


Artikel saya juga di muat di sini www.surgatraveller.com

Tuesday, 30 June 2015

Si kecil yang malang, maafkan saya...

“Mas, bagi sedikit rejekinya mas..” suara pelan anak kecil itu terdengar serak.
“Oh iya, sebentar ya dek.” Jawab salah seorang teman, lalu memasukkan selembar uang ke dalam kotak kardus yang di sodorkan kepadanya.

Demikian sepenggal dialog yang terjadi dan sempat mengagetkan kami malam itu. Iya, anak kecil berumur sekitar 4 tahun itu tiba-tiba saja berada di samping kami yang sedang nongkrong setelah berbuka puasa, entah dari mana dia datang. Kami tercengang saat melihat anak kecil berpakaian sangat lusuh itu membawa kotak kardus bertuliskan salah satu panti asuhan di Surabaya. Bagaimana mungkin sebuah panti asuhan menyuruh anak sekecil itu berkeliling meminta sumbangan kepada para pengunjung. Padahal pada umumnya, anak seumuran itu masih senang-senangnya bermain. Dimana nurani oknum yang menyuruhnya melakukan itu, apa hanya karena iming-iming uang hasil sumbangan yang tidak seberapa itu, lantas dengan sadar mereka mengubur dalam-dalam nurani yang saya yakin mereka masih memilikinya.

Memang banyak faktor yang bisa melatar belakangi tindakan seperti itu terjadi, salah satunya adalah kemiskinan dan lemahnya penegakan hukum. Memang di kota besar seperti Surabaya ini kemiskinan adalah masalah utama yang harus dihadapi oleh banyak pihak, tingginya angka kemiskinan juga mempengaruhi tingginya tingkat ekploitasi terhadap anak dibawah umur seperti yang kami saksikan saat itu. Meskipun ini bukan pertama kalinya kami melihat kejadian seperti ini, namun kali ini benar-benar bisa membuat kami menggelengkan kepala. Mungkin memang apa yang kami lakukan adalah sepenuhnya salah, karena kami hanya bisa menggelengkan kepala saat menyaksikan kejadian seperti itu dihadapan kami. Kami sadar peran serta masyarakat baik secara kelembagaan maupun secara perseorangan terasuk anak muda seperti kami sangat dibutuhkan untuk bahu membahu setidaknya meminimalisir potensi terjadinya hal semacam ini.

Bukankah sudah jelas tertulis dalam undang-undang yang menyebutkan bahwa mempekerjakan anak dibawah umur adalah tindakan kriminal. Namun lemahnya penegakan hukum atas tindakan seperti itu menjadikan para pelakunya merasa masih mempunyai ruang gerak yang cukup untuk kembali melakukan aksinya. Dan hukuman yang dijatuhkan terkadang gagal membuat jera pelakunya, yang setelah dari masa tahanan kerap kali kembali dengan tenang melakukannya lagi. Karena memang hukuman yang diberikan sangatlah ringan, dan terkesan setengah-setengah. Jika sudah seperti ini, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Karena sumber utama penyebab tindak kriminalitas seperti ini semakin marak terjadi adalah sistem yang salah. Oke, sekali lagi sistem yang salah.

Belum hilang rasa iba kami kepada anak kecil tadi, muncul lagi seorang anak berusia sekitar 6 tahun meminta sumbangan kepada kami dan para pengunjung lain. Dan kali ini yang membuat kami sangat terkejut adalah kotak kardus yang dipegang oleh anak kecil ini sama persis dengan yang dibawa anak kecil yang tadi. Hal ini spontan membuat kami berfikir bahwa ada tindak kriminal yang terorganisir di sekitar tempat kami berada saat ini, yang mengeksploitasi tenaga anak dibawah umur. Saya pun spontan memperhatikan kemana arah yang dituju anak kecil itu setelah merasa cukup meminta sumbangan di tempat tersebut, ternyata langkah kecilnya menuju sebuah mobil bak terbuka yang dari tempat saya duduk tampak samar ada beberapa anak kecil dan dua orang dewasa yang duduk di bak mobil tersebut, lalu selang beberapa saat kemudian mobil itu menghilang dari pandangan.


Seketika itu saya terdiam merenung, apa yang telah saya lakukan? Kenapa saya hanya bisa terdiam melihat perbudakan modern itu dilakukan? Dimana hati nurani saya? Apakah hanya duduk terdiam seperti ini saja yang bisa saya lakukan? Oh Tuhan.. tolong selamatkan mereka.

 
Visit Siluet Senja at Ping.sg http://submiturlfree.net/